Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wisata kelas dunia di ujung borneo temajuk namanya

Aura muslim - Temajuk. Nama ini mungkin masih sangat asing bagi traveler di Indonesia. Desa kecil yang terletak persis di ekor pulau Kalimantan ini punya destinasi wisata kelas dunia yang belum banyak diketahui.
Bagi masyarakat di Kalimantan Barat, nama Temajuk seolah sudah menjadi salah suatu magnet wisata. Primadona andalan Kabupaten Sambas ini bahkan tak pernah putus kunjungan wisatawan, baik lokal maupun dari negara tetangga, Malaysia.

Terletak di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Temajuk merupakan desa terakhir yang ada di pesisir utara Kalimantan Barat yang bersebelahan dan berbatasan langsung dengan Teluk Melano, Sarawak, Malaysia.
Meski punya segudang destinasi berkelas dunia, Temajuk belum sepenuhnya ditunjang dengan infrastruktur yang berstandar global.
Sekilas tentang Temajuk

Desa Temajuk mulai dibuka pada tahun 1981. Saat itu merupakan masa keemasan aktivitas penebangan kayu ilegal.
Awalnya para pekerja kayu itu membuat tempat menginap disana, kemudian mulai membuka lahan untuk kebun dan akhirnya menjadi pemukiman seperti saat ini.

Saya sendiri pertama kali kesana pada tahun 2009. Saat itu transportasi satu-satunya menuju kesana hanya menggunakan jalur laut. Belum ada jalan darat menuju kesana, apalagi listrik dan sinyal seluler.
Ada jalan pun, sangat sulit di tembus dengan melewati jalan pesisir pantai saat laut surut. Temajuk masih sangat terisolir pada saat itu.
Beberapa tahun kemudian, pembangunan jalan baru masuk di Temajuk, itu juga setelah adanya kabar pencaplokan wilayah di dusun Camar Bulan menjelang akhir tahun 2011. Temajuk mendadak menjadi pusat perhatian, mulai dari kabupaten, provinsi, hingga tingkat pusat.
Tanpa kabar itu, mungkin saja Temajuk masih seperti yang dulu, terisolir dan nyaris tak terdengar namanya.
Tahun 2012 pembangunan jalan menuju Temajuk mulai dikerjakan, meski baru sebatas jalan perkerasan tanah. Tapi itu sudah cukup membuka keterisoliran.
Dari Sambas, untuk menuju Temajuk harus menyeberangi dua sungai dengan menggunakan kapal feri. Penyeberangan pertama ada di Sekura, sedangkan penyebrangan kedua ada di Sungai Sumpit.
Dermaga feri di Sungai Sumpit baru beroperasi setahun terakhir. Sejak jalan dibangun dan dermaga beroperasi, saat itulah Temajuk perlahan mulai ramai dikunjungi, bahkan saat ini wisatawan bisa menggunakan mobil.
Terlebih, saat ini pemerintahan Joko Widodo melalui Kementerian PUPR bersama TNI membangun jalan paralel sepanjang 1.900 kilometer di perbatasan sejak tahun 2014.
Kelak, jalan ini akan menghubungkan Temajuk hingga Nunukan di Kalimantan Utara.
Otomatis, jalur menuju Temajuk saat ini bertambah satu, bahkan lebih dekat. Dari Sambas, hanya kurang dari tiga jam lewat jalur baru ini dengan rute Sambas-Sajingan via Sungai Bening. Sedangkan dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Aruk hanya berkisar dua jam untuk saat ini dengan kondisi jalan dan jembatan yang masih dalam pengerjaan.
Untuk jalan lama, membutuhkan setidaknya lebih dari empat hingga lima jam. Itu juga kalau penyeberangan feri bisa cepat. Apalagi kondisi jalan saat ini rusak parah, sehingga memperlambat waktu tempuh.
Geliat Pariwisata Temajuk
Lantas, apa yang menyebabkan begitu pesat dan cepatnya pembangunan di wilayah perbatasan? Hal tersebut tak terlepas dari program Nawacita ke tiga pemerintahan presiden Joko Widodo, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
Itu sajakah? Tidak! Temajuk punya potensi wisata berkelas dunia.
Salah satu pelopor pariwisata di Temajuk bernama Rasad atau yang dikenal dengan panggilan Atong, menyadari betul potensi itu. Sejak tahun 2009 Atong berupaya mengenalkan pariwisata di Temajuk ke dunia luar. Maklum, saat itu tak ada yang kenal apalagi tau dimana itu Temajuk.
Atong mulanya menggandeng Dinas Perikanan dengan membangun sebuah homestay dengan tiga kamar di atas lahan miliknya, persis di tepi pantai. Homestay itulah yang menjadi cikal bakal sekitar 83 homestay yang ada saat ini.
Perjuangan Atong merintis wisata ia lakukan secara mandiri. Mulai dengan merapikan lahan miliknya yang ia beri nama Teluk Atong Bahari.
"Dulu, sebulan sekali belum tentu ada orang yang datang untuk berkunjung ke Temajuk," ujar Atong berkisah.
Atong bersama masyarakat kemudian secara swadaya membangun homestay, lantaran pada puncak kunjungan wisatawan, homestay yang ia miliki tak mampu menampun
g jumlah pengunjung.
Geliat kunjungan wisatawan itu kemudian direspon masyarakat dengan membangun homestay di lahan masing-masing. Salah satunya adalah Akong yang membangun Villa JLO persis disebelah Teluk Atong Bahari pada tahun 2015.
Kemudian pada tahun 2016, di dusun Camar Bulan juga dibangun sekitar 30 homestay yang dikelola oleh Asong dengan ciri khas lokasi rumah terbalik. Hingga saat ini, setidaknya Atong memiliki 17 homestay yang ia sewakan untuk wisatawan.
Dari awalnya hanya satu homestay pada tahun 2009, saat ini terdapat 83 homestay di Temajuk yang tersebar dibeberapa lokasi. Semuanya berada di tepi pantai dengan masing-masing kelebihan.
Sayangnya, listrik belum sepenuhnya menerangi Temajuk. Pasokan listrik PLN dari PLTS yang dibangun di Temajuk belum mencukupi dan menjangkau untuk kebutuhan pariwisata.
Sebagai solusinya, Atong dan Asong menggunakan genset untuk menerangi tempat mereka. Sedangkan Akong menggunakan solar panel namun sesekali menggunakan genset, serta bentuk homestay yang banyak rongga udara untuk sirkulasi udara dan dinding yang menggunakan kaca untuk pencahayaan alami.
Perlahan tapi pasti, satu persatu masyarakat luar mulai mengenal tempat ini. Jatuh bangun perjuangan Atong saat ini mulai bisa dirasakan masyarakat, terutama dari wisatawan yang berkunjung.
Atong, Akong, Asong, ketiganya punya misi yang sama dan saling mendukung dalam mengembangkan pariwisata di Temajuk.
Destinasi Wisata di Temajuk

Nah, apa saja sih destinasi wisata di Temajuk? Pantai, itu salah satunya. Secara umum, Kecamatan Paloh punya garis pantai yang sangat panjang. Mulai dari desa Tanah Hitam, hingga ke Tanjung Datuk yang menjadi perbatasan Indonesia-Malaysia dengan panjang pantai berkisar 90 kilometer.
Garis pantai sepanjang itu, 63 kilometer di antaranya adalah pantai peneluran penyu. Sepanjang 63 kilometer pantai itu juga tidak putus. Bahkan kita bisa menggunakan sepeda motor melintas di sepanjang garis pantai pada saat air laut surut, dengan lebar pantai yang bisa mencapai 100 hingga 200 meter saat surut.
Pada musim puncak peneluran, penyu yang naik untuk bertelur pada malam hari bisa mencapai puluhan ekor. Musim puncak peneluran tersebut berkisar antara bulan Juni hingga September.
Lembaga konservasi internasional, World Wide Fund for Nature (WWF-Indonesia) mulai melakukan penyadartahuan dan melakukan monitoring bersama masyarakat setempat untuk mencegah perburuan telur penyu sejak tahun 2009.
Kamp monitoring itu terletak di pantai Sungai Belacan yang dikelola WWF-Indonesia bersama Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) Kambau Borneo. Jika ingin melihat penyu bertelur, bisa menghubungi Pokmaswas.
Selain penyu, sekitar bulan Maret hingga April masyarakat Temajuk melakukan panen ubur-ubur. Pada musim tersebut, pantai dipenuhi dengan ubur-ubur yang punya nilai ekonomis bagi masyarakat.
Ubur-ubur itu ada yang diolah menjadi makanan, seperti rujak ubur-ubur. Kemudian selebihnya diolah untuk diekspor menjadi bahan baku kosmetik yang dikirim ke beberapa negara Asia.
Jenis ubur-ubur yang diambil masyarakat ini mereka sebut ubur-ubur cendol, karena memang bentuk bagian atas nya seperti cendol. Meski pesisir sedang dipenuhi ubur-ubur, masih aman untuk sekedar mandi dan berenang di pantai karena ubur-ubur berada agak ke tengah.
Aktivitas masyarakat panen ubur-ubur ini sangat menarik dan unik untuk disaksikan, karena tidak semua wilayah pantai di Indonesia punya.
Itu saja kah? Tentu saja tidak.
Bagi pecinta fotografi seascape, Temajuk adalah surganya. Batu-batu granit berukuran besar seperti di Belitung terhampar di banyak tempat. Semua garis pantai di Temajuk adalah spot sunset, tinggal pilih mau di lokasi yang mana. Salah satu spot favorit adalah di Batu Nenek, tak jauh dari tempat Atong.
Air laut yang jernih tentu tak ingin dilewatkan tanpa mandi di pantai. Lokasinya tinggal pilih mau dimana, di pantai pasir atau berbatu.
Tak puas hanya sekedar main di pantai, perkampungan Temajuk juga menarik dikelilingi. Kita bisa ke hutan mangrove yang ada di perkampungan dengan menyusuri sungai menggunakan sampan kecil. Jika beruntung, bisa melihat langsung Bekantan, primata berhidung mancung yang menjadi endemik Kalimantan.
Jika ingin mendapatkan sensasi lainnya, pengunjung bisa menyewa kapal menuju Tanjung Datuk. Dari Temajuk sekitar 30 menit menggunakan kapal. Ada apa di sana?
Sepanjang perjalanan dari Temajuk menuju Tanjung Datuk, kita bisa singgah menuju pantai yang hanya bisa dijangkau dengan kapal. Semua masih alami.
Bagi penyuka trekking, di Tanjung Datuk bisa mengunjungi menara suar yang letaknya diatas bukit. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk mencapai menara suar yang juga pos navigasi.
Bagaimana dengan kuliner di sana? Jangan khawatir, ikan melimpah di sana. Tinggal pilih dan pesan mau menu apa, apalagi saat musim lobster.
Waktu terbaik untuk berkunjung ke Temajuk adalah saat musim air laut mulai teduh. Kisaran waktu tersebut berada pada bulan Maret hingga September. Pada saat itu, air jernih dan ombak relatif tenang.
Sedangkan memasuki bulan Oktober hingga Februari atau masuk musim penghujan, air laut biasanya tidak terlalu jernih, namun masih tetap bisa dinikmati.
Dukungan Multipihak

"Temajuk punya pantai terbaik di Indonesia, bahkan terbaik di Dunia. Saya yakin ke depannya Temajuk akan menjadi destinasi wisata berkelas dunia," kata Bupati Sambas, Atbah Romin Suhaili saat membuka Festival Pesisir Paloh (Fespa) 2017 pada 6 November 2017.
Atbah yakin Temajuk akan menjadi sebuah tempat yang akan berkembang dan dikenal dunia. Temajuk adalah harta karun terpendam. Temajuk adalah pundi uang dari sektor pariwisata.
Hal tersebut tidaklah berlebihan. Temajuk punya segalanya. Terlebih wilayahnya yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Jaraknya hanya sekitar empat kilometer saja dari Teluk Melano Sarawak yang berbatasan langsung dengan Temajuk.
Jalan paralel yang dibangun PUPR saat ini menjadi akses masuk wisatawan mancanegara melalui PLBN Aruk.
Apalagi, saat ini pemerintah Malaysia juga sedang membangun jalan Van Borneo yang membentang dari Teluk Melano hingga Sabah. Jarak tempuh dari Kuching ibukota Sarawak menuju Teluk Melano hanya 1,5 jam saja menggunakan mobil.
Sedangkan dari Teluk Melano menuju Temajuk hanya sepelemparan batu saja. Namun di perbatasan ini tidak ada tempat pemeriksaan Imigrasi. Hanya ada pos pengamanan perbatasan yang dijaga TNI.
Jika kedua jalan yang sedang dikerjakan masing-masing negara itu selesai dibangun, tentu saja Temajuk harus bersiap menghadapi wisatawan mancanegara yang akan membanjiri Temajuk.
Apalagi jika otoritas pariwisata masing-masing negara bersinergi dan saling mendukung untuk mengembangkan potensi di wilayah masing-masing, dengan membuka akses jalur crossborder. Atau membuka tempat pemeriksaan imigrasi khusus pariwisata, yang tentu saja harus dikawal ketat terutama pemeriksaan barang yang dibawa pengunjung.
Apabila itu terjadi, infrastruktur bertaraf global wajib ada di Temajuk. Jalan menuju Temajuk harus layak. Pemukiman harus lebih tertata. Listrik mutlak ada 24 jam.
Semua itu saat ini sudah dimiliki Teluk Melano, sedangkan Temajuk masih apa adanya. Listrik hanya hidup pada malam hari, mulai pukul 18.00 hingga pukul 06.00 pagi. Kondisi jalan juga masih harus ditingkatkan. Meski untuk destinasi, Temajuk tidak tertandingi.
Meski saat ini sinyal seluler dari provider Telkomsel sudah menjangkau Temajuk, tapi itu hanya ada dibeberapa titik. Sinyal itu juga hanya sebatas telepon dan SMS, tidak bisa untuk internet yang sudah menjadi kebutuhan utama saat ini.
Pemerintah Kabupaten Sambas sendiri sudah mempersiapkan regulasi untuk pengembangan wisata di Temajuk. Sambas harus mempersiapkan dan menyusun Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP).
Potensi Temajuk pun mulai dilirik Kementerian Pariwisata. Hal tersebut diwujudkan dalam dukungan Festival Pesisir Paloh pada tahun ini. Kemenpar memboyong artis dangdut Ibu Kota, Nita Thalia menyukseskan acara tersebut.
Festival Pesisir Paloh tahun ini diselenggarakan untuk yang keenam kalinya. Awal mula penyelenggaraan kegiatan ini, selain sebagai wadah mengampanyekan konservasi penyu, juga untuk mengenalkan potensi wisata alam dan budaya yang ada di Paloh.
"Saya imbau kepada masyarakat untuk sama-sama menjaga penyu, jangan sampai ada yang mengambil telur nya kemudian dijual. Penyu adalah satwa yang dilindungi undang-undang, maka dari itu harus kita jaga kelestariannya," tegas Atbah.
Sebelum digelar festival, ada tradisi masyarakat dalam menggelar pesta rakyat, yaitu lempar telur penyu. Tradisi tersebut tentu saja berdampak pada keberadaan penyu, sehingga secara perlahan penggiat konservasi berupaya mengalihkannya dengan kegiatan yang lebih edukatif.
Melihat segala potensi yang ada di Temajuk, Menteri Pariwisata Arief Yahya bertekad untuk mempromosikan destinasi wisata yang ada. "Yang pasti, promosi pariwisata di Temajuk akan dilakukan melalui media, baik media online maupun media sosial," ujar Arief Yahya.
Terlebih, menurut Arif, posisi strategis Temajuk yang berbatasan dengan Malaysia harus bisa dimaksimalkan untuk mendatangkan turis dari mancanegara, terutama crossborder tourism.

"Crossborder harus melihat akses menuju ke Malaysia, kalau ada TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi)-nya, ada potensi di perbatasan, pimpinan daerahnya komitmen, bisa diusulkan untuk menjadi bagian dari program crossborder," pungkas Arief.
Apabila semua itu terwujud, sudah bisa dibayangkan perputaran uang di Temajuk seperti apa. Masyarakat juga yang akan menikmatinya.
Datanglah ke Temajuk dan kita buktikan bersama... Tabik!
Wisata kelas dunia di ujung borneo temajuk namanya
KAPAN MALAM LAILATUL QADAR, SIMAK DI SINI