Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SAUDARA KAYA DI PUJA, SAUDARA MISKIN DI HINA

SAUDARA KAYA DI PUJA…
SAUDARA MISKIN DI HINA…

• Tentang Saudara Miskin •

AURA MUSLIM_"Yayah... nanti lusa kemari. Orang-orang Jakarta mau pada pulang." Begitu kata Emak memberi titah.

Aku paham betul maksud perkataan Emak.
Orang orang Jakarta itu adalah keluarga besar kakak lelakiku.

Mereka akan mudik kesini ke rumah emak.
Aku seperti biasa jika ada acara keluarga di rumah emak, maka akulah yang harus bertugas bersih-bersih rumah, menggiling padi, menangkap ikan di kolam, memotong berekor-ekor ayam, membersihkannya, memasak makanan untuk anak cucu cicit emak.
Kang Alimudin, kakak tertuaku seorang pejabat kepolisian di Jakarta sana. Anak-anaknya pun terbilang sudah sukses. Semuanya lulusan universitas terkemuka. Karirnya pun bagus bagus. Ada yang jadi PNS, ada yang punya travel, ada yang pengusaha, ada yang jadi juragan kontrakan. Sungguh membuat aku takjub.

Ketika Kang Alimudin dan keluarganya datang, maka bisa dipastikan keluarga yang lainnpun datang. Kami senang sebagai adik adiknya sebagai keluarganya karena Kakakku selalu royal pada kami. Selalu memberi oleh oleh yang jarang kami temui di kampung.

Kang Alimudin pun memang paling senang, jika ketika dia datang adik adiknya berkumpul semua di rumah emak.

Hari ini pun tiba, 10 September 1999.
Orang-orang jakarta katanya sedang di perjalanan, dan aku telah sibuk sedari subuh.
Membersihkan rumah emak, mencuci piring-piring, mengosek kamar mandi dan menanak nasi.

"Yah, ini sudah Emak ikatkan karung padi nya. Cepat antar ke penggilingan. Takut kurang nanti berasnya."
Suara Emak dari lumbung padi.
Semacam ruangan yang isinya berkarung karung padi hasil panen.

"Iya Mak, sebentar Yayah matiin dulu tungku"

Setelah memastikan bara api di kayu bakar mati, aku bergegas menghampiri emak.

Menjungjung sekarung penuh padi di atas kepalaku dan membawanya ke tempat penggilingan yang jaraknya sekitar 1kilo dengan berjalan kaki.

Berat dikepalaku sudah tak kurasakan. Aku sudah terbiasa.

Aku, Yayah Sopiah anak keenam dari 7 bersaudara. Dari 7 bersaudara inilah mungkin aku anak emak yang paling tak punya. 

Suamiku dulu sering merantau di kota. Menjadi tukang kredit. Saat itu perekonomian kami tidak terlalu buruk walau masih jauh dari kata cukup. Tapi semenjak sakit sakitan beliau pulang dan memutuskan untuk bertani.

Kami punya 3 petak sawah pemberian almarhum bapak yg tak terlalu luas. Hasil dari bertani beberapa petak sawah itupun tak begitu menghasilkan.

Terkadang hanya cukup untuk makan.
Atau jika hasil panennya dijual untuk biaya sekolah anak anak kami, maka tak jarang kami makan singkong dengan sayur lompong.

Tapi aku berusaha untuk tak mengeluh. 
Aku selalu berusaha bersyukur apapun keadaan kami.

Anak anak kami, Nurjanah kelas 1 SMP, Siti kelas 4 SD dan si bungsu Ani baru 5 tahun.
Mereka anak anak yang solehah dan mandiri.
Tak pernah mengeluh dengan keadaan orangtua mereka.

Rumah kami berjarak sekitar 2kilo dari rumah emak. Rumah semi permanen yang dengan susah payah kami bangun. Sebenarnya disamping rumah emak, kakak kedua dan ketigaku tinggal. Tapi untuk urusan seperti ini emak tak berani meminta tolong kepada mereka. Akulah yang selalu melakukannya.

Tak mengapa, karena kadang emak akan memberikanku beberapa liter beras dan sayur mayur. Apalagi kalau ada keluarga kakakku aku pasti bakal dikasih beberapa lembar uang baik oleh kakakku ataupun anak anaknya.
Mungkin orang mengira aku pamrih. 
Iya bisa jadi, karena tak kupungkiri dalam lubuk hatiku sering mengharapkannya. Makanan yang akan aku bungkus utuh untuk aku bawa pulang. Disantap bersama anak anak dan suamiku.

Selalu terbayang dimataku keahagiaan mereka ketika mereka makan buah apel, pir, anggur,buah buahan yang tak pernah mereka makan. Atau mungkin gulai, sate, kue bolu dan makanan lezat lainnya.

Terbayang wajah si bungsu yang pasti melompat - lompat bahagia.
Dan untuk uang, tentu saja akan kupakai untuk bekal dan biaya sekolah anak anak.


Posting Komentar untuk "SAUDARA KAYA DI PUJA, SAUDARA MISKIN DI HINA"

Wisata kelas dunia di ujung borneo temajuk namanya
SAYANGI ORANG TUA MU